Susana dan Susani, wanita kembar sekaligus ibu muda berusia 29 tahun ini mungkin tak akan pernah menyangka jika kehidupan mereka bakal berakhir menjadi lumpuh layu. Perempuan kembar asal desa Sriwungu, kecamatan Tlogomulyo, Temanggung, Jawa Tengah ini mengalami penyakit langka yang menyedihkan. Karena penyakitnya itu, si kembar tak bisa lagi melakukan berbagai hal. Si kembar juga harus rela ditinggal suami mereka masing-masing. Seperti apa kisah pilu yang dialami si kembar yang konon dulunya adalah kembang desa Sriwungu ini?
Terlahir sebagai saudari kembar, kehadiran Susana dan Susani memang membuat warga desa Sriwungu membicarakan mereka berdua. Karena keunikan itu, Susana dan Susani pun tumbuh menjadi seorang gadis kembar yang cantik. Semasa muda, banyak sekali pria yang ingin mendapatkan hati si kembar putri Saridin dan Sri Rejeki itu.
Widodo Budi Wibowo, camat Tlogomulyo pun membenarkan kabar tersebut. Menurutnya, kala wanita kembar itu masih muda, paras cantik mereka membuat banyak pria tergila-gila. Tak sedikit yang selalu berusaha melamar si kembar. Julukan kembang desa pun akhirnya melekat pada sosok Susana dan Susani. Namun pada tahun 2007 julukan itu pun mulai tinggal kenangan. Karena si kembar kini hanya bisa terbaring di tempat tidur mereka yang beralas kasur lantai di rumah orangtuanya.
Saat itu Susana dan Susani tengah berusia 22 tahun. Yang pertama diserang penyakit lumpuh adalah Susani tidak lama setelah melahirkan anak pertamanya. Tangan dan kaki Susani secara tiba-tiba tak bisa digerakkan dan akhirnya berlanjut sampai sekarang menjadi lumpuh total tak berdaya. Setahun semenjak Susani menderita lumpuh, Susana pun merasakan hal serupa dan akhirnya mereka berdua kini tergolek layu di desa Sriwungu, Temanggung. Pepatah sudah jatuh tertimpa tangga sepertinya dirasakan betul oleh Susana dan Susani. Nasib mereka sudahlah begitu miris karena mendadak lumpuh. Namun ternyata tak hanya penderitaan fisik yang dialami si kembar. Karena jiwa dan psikis mereka sangatlah terluka kala suami mereka masing-masing kompak meninggalkan mereka yang tengah lumpuh.
Suami-suami Susana dan Susani memilih pergi menelantarkan istrinya karena dirasa sudah tak berguna lagi. Padahal dari informasi yang ada, suami mereka berdua juga sama-sama berasal dari Temanggung kendati tinggal di kecamatan yang berbeda. Bahkan terungkap kalau harta benda si kembar juga dibawa pergi oleh kedua pria tersebut.
Pengobatan demi kesembuhan Susana dan Susani memang dilakukan oleh pihak keluarga. Di mana Saridin dan Sri Rejeki selalu berusaha membawa putri kembar mereka ke Puskesmas setempat demi mendapatkan pengobatan. Namun terungkap bahwa penyakit yang diderita mereka berdua adalah penyakit genetik langka sehingga sulit diobati.
Belum lagi kehidupan keluarga Saridin dan Sri Rejeki bisa dibilang tidak terlalu mapan. Sehingga mereka berdua butuh bantuan para dermawan demi mengobati Susana dan Susani agar ibu muda itu kembali sembuh. Tentu saja pengobatan yang harus dijalani ibu kembar ini bukanlah hal yang murah dan butuh banyak biaya. Susana dan Susani kini tinggal di rumah orangtuanya di Temanggung. Di rumah itu, ada juga kakek dan nenek dari si kembar serta anak-anak ibu muda tersebut. Dengan tanggungan orang yang ada di rumah, tentu saja keluarga Saridin dan Sri Rejeki butuh bantuan. Namun kedua orangtua ini masih tetap telaten dan sabar mengurusi putri kembar mereka.
Setiap paginya, Saridin dan Sri Rejeki selalu menggendong si kembar ke luar rumah agar mendapat sinar matahari pagi. Selama tujuh tahun terakhir, mereka berdua pun harus rela menyuapi kedua putri tercintanya itu. Bahkan dengan usia anak-anak Susani dan Susana yang sudah sekolah, Saridin serta Sri Rejeki masih tetap bersedia berkorban. Sungguh, semoga saja nasib mereka semakin baik ke depannya ya.